“Di sisi lain permasalahan daring juga menjadi persoalan bagi orang tua yang tidak mampu, terutama untuk bayar membeli kuota guna memenuhi kebutuhan internet,” paparnya.
“Prinsipnya kita patuhi itu, dan kita lihat sistem pembelajaran secara daring yang menjadi keluh kesah orang tua,” tandasnya.
Keluhkan Tidak Miliki Telepon Genggam
Nur (35) Warga Kampung Sawah, mengaku bahwa dirinya tetap mematuhi peraturan pemerintah dalam hal pencegahan Covid-19 di Kota Bandarlampung.
Namun dalam hal KBM secara daring dirinya mengeluhkan tidak adanya telepon genggam yang berfungsi untuk KBM virtual.
“Anak saya sudah lama nggak sekolah, belajarnya daring. Ini bagus untuk pecegahan virus, tapi kesulitannya karena saya kan nggak punya HP-nya jadi suka nebeng sama temen atau saudara,” paparnya.
Meski sudah mendapat pinjaman alat untuk daring, Nur mengaku berkewajiban untuk membeli atau menganti kuota.
“Nebeng sama orang, kadang saya beli kuota orang itu Rp10 ribu, kadang Rp8 ribu. Tapi penghasilan bapaknya jadi kuli di pasar tugu aja sehari cuma Rp30 ribu,” tandasnya. (SA)