5W1HINDONESIA.ID, ZONA MUSLIM – Sebagai seorang muslim, jenis-jenis tawasul penting diketahui agar bisa mengamalkannya dengan benar. Tawasul sendiri merupakan upaya seorang muslim dalam mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, Allah SWT.
Dalam Islam, tawasul merujuk pada cara mendekatkan diri kepada Allah, seperti melalui Nabi Muhammad SAW atau orang yang sholeh. Nah, untuk mengetahui jenis dari tawasul, yuk simak ulasan selengkapnya berikut.
Apa Saja Jenis-jenis Tawasul Menurut Islam
Tawasul umumnya dilakukan dengan melaksanakan ketaatan, ibadah, serta mengikuti petunjuk Rasul-Nya dan mengamalkan seluruh amalan yang dicintai dan diridhoi. Adapun jenis dan cara tepat untuk melakukan tawasul, di antaranya:
1.Tawasul dengan Amal Sholeh
Dalam sebuah hadis, dikisahkan terdapat tiga orang yang terperangkap di dalam gua. Ketiga orang tersebut masing-masing bertawasul dengan amal shalih yang dimilikinya selama hidup di dunia.
Karenanya, Allah SWT membukakan pintu gua dari batu besar yang menghalangi. Berdasarkan hadis ini, para ulama sepakat jika bertawasul dengan amal sholeh merupakan ajaran Islam dan dapat dilakukan umat muslim.
2. Tawasul dengan Orang yang Kedudukannya Tinggi di Sisi Allah SWT
Selanjutnya, tawasul bisa dilakukan orang-orang yang memiliki kedudukan tinggi di sisi Allah SWT. Hal ini berarti, wasilah yang disebutkan ketika berdoa bukan amal milik sendiri tetapi nama seseorang.
3. Tawasul dengan Nabi Muhammad SAW Usai Beliau Wafat
Berdasarkan hadis yang dirawayatkan oleh At-Thabrany, Abu Nu’Aim, dan Al- Hatsamy, disebutkan bahwa “Dari Sayidina ‘Ali kw. Sesungguhnya Sayidina Muhammad SAW tatkala Fathimah binti Asad, Ibu Sayidina ‘Ali dimakamkan, beliau SAW berdoa:
‘Ya Allah, dengan perantara hakku dan hak pada Nabi sebelumnya, ampunilah ibu setelah ibu (Fathimah binti Asad). Dalam hadis tersebut, Rasulullah SAW diketahui bertawasul dengan para Nabi sebelum beliau’”.
4. Tawasul dengan Orang Sholeh yang Telah Meninggal Dunia
Tawasul dengan orang-orang sholeh yang sudah meninggal dunia juga dilakukan para ulama. Al-Khatib dalam kitab tarikh-nya menceritakan dari ‘Ali ibn Maimun bahwa Imam Syafi’i berkata, “Sesungguhnya aku bertabarruk dengan Abi Hanifah dan datang ke kuburnya, yakni ziarah kubur.
Apabila aku memiliki hajat, maka aku sholat sunnah dua rakaat kemudian datang ke kuburan beliau dan meminta hajatku kepada Allah SWT. Tidak lama kemudian hajatku pun terpenuhi”. Kisah ini menunjukkan jika Imam Syafi’i bertawasul dengan Abu Hanifah.
5. Tawasul dengan Kemuliaan
Tawasul juga boleh dilakukan dengan kemuliaan dan kedudukan seseorang di sisi Allah SWT. Untuk tawasul dengan kemuliaan ini pun sebenarnya sudah dijelaskan dan ada pada doa sahabat Dharir.
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon dan berdoa kepada-Mu dengan bertawasul dengan Nabi_mu, Muhammad, Nabi yang penuh kasih sayang. (Duhai Rasul) sesungguhnya aku telah bertawajjuh kepada Tuhanku dengan bertawasul dengan derajatmu agar hajatku ini terkabul. Ya Allah, terimalah syafaat beliau untukku”.
Dasar Hukum Tawasul yang Perlu Diketahui
Tawasul penting dilakukan untuk mendapatkan hidayah dan rahmat Allah SWT, termasuk syariat Islam yang dianjurkan jika disertai niat. Beberapa ayat dalam Al-Qur’an sudah menjelaskan tentang dasar hukum tawasul, yakni:
1. Surat Al-Maidah Ayat 35
Berdasarkan Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 35, dijelaskan tetnang dasar hukum tawasul. Ayat tersebut berbunyi, “Yaa ayyuhallaziina aamanuttaqullaaha wabtaguu ilaihil-wasiilata wa jaahidu sabiilihii la’allakum tuflihun”.

 
									





