5W1HINDONESIA.ID, Bandarlampung, – Kelurahan Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, Senin (28/7/2025), menjadi titik pertemuan warga dan ideologi bangsa. Anggota DPRD Kota Bandar Lampung, Wiwik Anggraini, S.H., hadir langsung untuk menggelar Sosialisasi Pembinaan Ideologi Pancasila dan Wawasan Kebangsaan (PIP-WK).
Kegiatan ini menghadirkan dua narasumber, yakni dosen Universitas Lampung, Widya Rizky Eka Putri, dan Ustaz Suparman Abdul Karim. Kehadiran keduanya menambah bobot diskusi yang digelar dalam suasana santai namun penuh makna.
Wiwik, yang juga dikenal sebagai srikandi PDI Perjuangan, menegaskan bahwa sosialisasi ini merupakan agenda wajib bagi 50 anggota DPRD Kota Bandar Lampung.
“Kami secara berkesinambungan melaksanakan kegiatan ini sesuai dapil masing-masing untuk mengingatkan kembali masyarakat akan pentingnya nilai-nilai budaya yang terkandung dalam Pancasila,” ujarnya.
Di tengah arus digitalisasi, Wiwik menyoroti pentingnya kebijaksanaan dalam menggunakan media sosial. Menurutnya, dunia maya bisa menjadi sarana positif untuk berbagi informasi, tetapi juga rawan menimbulkan dampak negatif.
“Implementasi sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, salah satunya adalah bagaimana kita bijak menyebarkan konten yang mencerminkan nilai keagamaan dan moral,” katanya.
Ia juga mengingatkan agar masyarakat tidak mudah terjebak dalam penyebaran hoaks, fitnah, maupun ujaran kebencian.
“Media sosial seharusnya menjadi ruang sehat untuk berdiskusi, termasuk dengan mereka yang berbeda keyakinan. Etika dan sopan santun tetap harus dijaga,” tambahnya.
Wiwik menilai pengamalan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari bukan sekadar wacana, melainkan pedoman nyata.
“Pancasila mengajarkan kita untuk mempererat persatuan, menumbuhkan toleransi, menjaga keadilan sosial, serta membentuk karakter bangsa yang kuat,” tegasnya.
Dua narasumber yang hadir juga menekankan bahwa ideologi Pancasila adalah pandangan hidup bangsa. Nilai-nilai di dalamnya menjadi dasar dalam berpikir, bersikap, dan bertindak bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Sosialisasi ini ditutup dengan diskusi interaktif. Warga yang hadir antusias bertanya, mulai dari isu kebangsaan hingga praktik penggunaan media sosial.
Suasana hangat menunjukkan bahwa Pancasila bukan hanya teks dalam konstitusi, tetapi nilai yang tetap relevan di tengah derasnya arus zaman. (*)





