close
EKBISNasional

Pentingnya Regenerasi Petani Jaga Ketahanan Pangan Indonesia

×

Pentingnya Regenerasi Petani Jaga Ketahanan Pangan Indonesia

Sebarkan artikel ini
Seorang petani terlihat sedang memanen padinya yang sudah menguning di area persawahan Kecamatan Pekalongan, Kabupaten Lampung Timur, Rabu (26/2/2025). Kurangnya minat generasi muda terhadap sektor pertanian masih menjadi persoalan di Indonesia || Foto: 5w1hindonesia.id
Seorang petani terlihat sedang memanen padinya yang sudah menguning di area persawahan Kecamatan Pekalongan, Kabupaten Lampung Timur, Rabu (26/2/2025). Kurangnya minat generasi muda terhadap sektor pertanian masih menjadi persoalan di Indonesia || Foto: 5w1hindonesia.id

5W1HIndonesia.id, Ekonomi – Sektor pertanian tentunya menjadi penting bagi suatu negara dalam rangka menyokong ketahanan pangan untuk masyarakatnya.

Namun sayangnya, petani-petani yang ada saat ini sudah semakin tua, sedangkan kebutuhan pangan tidak semakin sedikit.

Belum lagi ditambah permasalahan-permasalahan lainnya yang muncul seperti menyangkut alih fungsi lahan yang sedemikian cepat, harga panen yang fluktuatif.

Lalu, perubahan iklim yang berakibat pada cuaca yang dinamis dan unpredictable, kenaikan harga bahan bakar minyak dan lain-lain.

Semua persoalan tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap biaya produksi yang dikeluarkan petani.

Dari sekian banyak persoalan yang dihadapi, ada satu masalah yang mungkin tidak hanya dialami Indonesia, namun juga hampir di seluruh dunia yaitu menyangkut soal regenerasi petani.

Pentingnya regerenasi petani ini, karena akan menjaga ketahanan pangan di Indonesia. Bahkan, dengan regenerasi petani maka pertanian dinilai bakal kembali berjaya karena dengan pola pikir maju di sektor pertanian oleh anak muda maka hasil-hasil pertanian dinilai akan sangat menjanjikan.

Baca Juga  Kanwil DJP Bela Kembali Ramaikan CFD Bandar Lampung

Data hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada Agustus 2023, pertanian mampu menyerap hingga 28,21 persen total tenaga kerja di Indonesia.

Sayangnya, sektor ini dikenal identik dengan kemiskinan, dianggap kurang menguntungkan, dan tidak memberikan jaminan kesejahteraan yang memadai.

Hal ini membuat penduduk usia kerja, terutama anak muda, lebih memilih mencari pekerjaan lain dan enggan menjadi petani.

BPS mencatat, dalam satu dekade terakhir, proporsi pekerja pertanian menurun dari sekitar 34 persen menjadi 28 persen terhadap jumlah keseluruhan tenaga kerja di Indonesia.

Baca Juga  Sukseskan Kunker Presiden RI, PLN Pastikan Listrik di Lampung Aman

Kondisi ini mengindikasikan adanya penurunan minat masyarakat untuk terlibat dalam sektor pertanian, yang tentunya berpotensi mempengaruhi keberlanjutan pertanian di masa depan.

Penurunan tersebut juga sejalan dengan hasil Sensus Pertanian 2023 yang menunjukkan adanya penurunan jumlah unit usaha pertanian dari 31,71 juta pada tahun 2013 menjadi 29,36 juta pada tahun 2023.

Lebih lanjut, hasil Sensus Pertanian 2023 juga menunjukkan bahwa persentase petani muda Indonesia yang berusia kurang dari 34 tahun hanya mencapai 11,5 persen.

Persentase ini lebih rendah dibandingkan satu dekade yang lalu, di mana persentase petani muda terhadap total petani sebesar 12,8 persen.

Ini menunjukkan adanya pergeseran yang mengarah pada menurunnya persentase petani muda dan dominasi petani tua di sektor pertanian.

Baca Juga  Tingkatkan Pemahaman Penyandang Disabilitas, OJK Provinsi Lampung Gelar Sosialisasi Literasi dan Inklusi Keuangan

Jika terus berlanjut, pergeseran ini akan menyebabkan fenomena penuaan petani yang berdampak serius pada masa depan sektor pertanian.

Saat ini, Indonesia dapat dikatakan tengah mengalami penuaan petani (aging farmers), dengan dominasi umur petani lebih dari 45 tahun ke atas, dengan pendidikan rata-rata sekolah dasar.

(Visited 34 times, 1 visits today)